Budidaya Ternak Ayam Kampung
Budidaya ternak ayam kampung bisa
dikatakan usaha ternak yang paling mudah dan menarik, mudah karena perawatan
ayam kampung lebih sederhana dibandingkan dengan budidaya ternak ayam broiler.
Menariknya budidaya ternak ayam kampubg ini terletak pada harga, dimana harga
ayam kampung selalu stabil dan cenderung naik berbeda dengan ayam broiler
dimana harganya sangat fluktuatif.
Budidaya ayam kampung super ataupun biasa dapat
dilakukan dengan sederhana atau skala kecil dengan jumlah ternak < 50 ekor
per periode. Tahapan dalam memulai beternak ayam kampung ini sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Sebelum memulai budidaya ayam kampung pedaging
sebaiknya anda mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar ilmu ternak ayam scara
garis besar, semua jenis usaha memiliki resiko kegagalan, begitu juga dengan
usaha ayam kampung, resiko paling berat adalah resiko kematian. Beberapa hal
yang paling sering menyebabkan kematian mendadak pada ayam kampung adalah
karena penyakit seperti
Jika kandang dibangun dekat dengan pemukiman maka pastikan ayam kampung yang anda pelihara divaksinasi, lakukan sterilisasi kandang secara rutin dengan disinfektan. Mintalah petugas peternakan memberikan penyuluhan tentag budidaya ternak ayam kampung. Setelah dasar-dasar ilmu ternak ayam anda ketahui maka dengan mudah perencanaan peternakan dapat anda buat dengan teliti.
2. Penyediaan Kandang Ternak
Syarat kandang ternak selain jarak dari pemukiman
diantaranya, kandang budidaya ternak ayam kampung dapat dibuat dengan ukuran 1
m2 diisi dengan 7 ekor ayam kampung (ukuran optimal) jika anda memeliharanya
dengan system full kandang. Untuk budidaya ayam petelur sebaiknya menggunakan
kandang battery. Pada awal memulai usaha ini mungkin modal kandang akan terasa
sangat besar, tapi modal kandang ternak ayam ini hanya dikeluarkan 1 kali untuk
beberapa periode.
Kandang ayam kampung pedaging yang baik adalah kandang model ren atau postal, untuk ayam kampung kandangnya tidak harus dilapisi dengan litter, sebab ayam kampung memiliki masa pemeliharaan yang lebih lama dibandingkan dengan ayam broiler. kandang ren adalah kandang ternak ayam yang sebagian dari kandang diberi atap dan sebagiannya tidak. Bagian beratap ini biasa digunakan ayam kampung untuk tidur atau berteduh dan bagian yang tidak beratap (terbuka) dijadikan sebagai tempat bermain atau mengais-ngais makanan.
Kandang ayam kampung pedaging yang baik adalah kandang model ren atau postal, untuk ayam kampung kandangnya tidak harus dilapisi dengan litter, sebab ayam kampung memiliki masa pemeliharaan yang lebih lama dibandingkan dengan ayam broiler. kandang ren adalah kandang ternak ayam yang sebagian dari kandang diberi atap dan sebagiannya tidak. Bagian beratap ini biasa digunakan ayam kampung untuk tidur atau berteduh dan bagian yang tidak beratap (terbuka) dijadikan sebagai tempat bermain atau mengais-ngais makanan.
3. Penyediaan Pakan Ternak
Pakan untuk budidaya ayam kampung bisa menggunakan
pelet, tapi untuk menghemat biaya pakan anda dapat membuat pakan alternatif
berbahan dedak, jagung, bungkil dan tepung tulang. . Pakan ayam kapung dibagi menjadi dua jenis yakni
pakan untuk DOC dan pakan ayam dewasa.
4. Pembelian Bibit Ayam Kampung
Selanjutnya yang perlu dipahami dalam budidaya ayam kampung adalah pemeliharaan kesehatan, penanganan panen dan pasca panen. Untuk melengkapi teknik budidaya anda sebaiknya belilah buku cara beternak ayam kampung baik petelur maupun pedaging. Di blog ini saya tidak bisa memuat scara keseluruhan tentang budidaya ayam kampung tersebut karena keterbatasan ruang dan waktu. Namun dengan pemaparan garis besar ini diharapkan anda bisa memahami cara membudidayakan ayam kampung.
5. Modal
Berikut ini
adalah analisis usaha ternak ayam kampung super per 500 ekor
A . Modal Tetap
-Pembuatan kandang litter 40 m2 dari bambu = Rp. 3.000.000
-Kandang DOC + nampan pakan = Rp 200.000
-Tempat minum 15 x Rp. 15.000 = Rp 225.000
-Tempat pakan 20 x Rp. 15.000 = Rp. 300.000
- Lain-lain (Biaya tak terduga) = Rp. 225.000
-Jumlah = Rp. 3.950.000
B. Modal Kerja
-DOC 500 ekor x Rp. 5000 = Rp. 2.500.000
-Pakan 20 sak x Rp. 260.000 = Rp. 5.200.000
-Vitamin + vaksin = Rp. 150.000
-Sekam padi 8 sak x Rp. 15.000 = Rp. 120.000
- Listrik per 2 bulan = Rp. 80.000
-Jumlah = Rp.8.050.000
C. Jumlah Modal Yang Dibutuhkan
-Modal tetap = Rp. 3.950.000
- Modal kerja = Rp. 8.050.000
-Jumlah = Rp. 12.000.000
A . Modal Tetap
-Pembuatan kandang litter 40 m2 dari bambu = Rp. 3.000.000
-Kandang DOC + nampan pakan = Rp 200.000
-Tempat minum 15 x Rp. 15.000 = Rp 225.000
-Tempat pakan 20 x Rp. 15.000 = Rp. 300.000
- Lain-lain (Biaya tak terduga) = Rp. 225.000
-Jumlah = Rp. 3.950.000
B. Modal Kerja
-DOC 500 ekor x Rp. 5000 = Rp. 2.500.000
-Pakan 20 sak x Rp. 260.000 = Rp. 5.200.000
-Vitamin + vaksin = Rp. 150.000
-Sekam padi 8 sak x Rp. 15.000 = Rp. 120.000
- Listrik per 2 bulan = Rp. 80.000
-Jumlah = Rp.8.050.000
C. Jumlah Modal Yang Dibutuhkan
-Modal tetap = Rp. 3.950.000
- Modal kerja = Rp. 8.050.000
-Jumlah = Rp. 12.000.000
D. Biaya
Penyusutan
Biaya
penyusutan kandang dan sarana diambil 6 % dari modal tetap yaitu 6 % x Rp.
3.950.000 = Rp. 237.000
E. Hasil
Produksi 2 bulan
-Dari 500 ekor ayam mengalami kematian 2% (10 ekor) maka tersisa 490 ekor dengan berat rata-rata 1 kg sehingga hasil panen adalah 490 ekor x 1 kg = 490 kg
-Harga rata-rata ayam kampung adalah Rp. 22.000 / kg
-Hasil produksi = 490 kg x Rp. 22.000 = Rp. 10.780.000
-Dari 500 ekor ayam mengalami kematian 2% (10 ekor) maka tersisa 490 ekor dengan berat rata-rata 1 kg sehingga hasil panen adalah 490 ekor x 1 kg = 490 kg
-Harga rata-rata ayam kampung adalah Rp. 22.000 / kg
-Hasil produksi = 490 kg x Rp. 22.000 = Rp. 10.780.000
F. Biaya
Produksi 2 bulan
-Biaya penyusutan = Rp. 237.000
- Modal kerja = Rp. 8.050.000
-Jumlah = Rp. 8.287.000
-Biaya penyusutan = Rp. 237.000
- Modal kerja = Rp. 8.050.000
-Jumlah = Rp. 8.287.000
G.
Keuntungan per 2 bulan
Keuntungan = Hasil produksi - Biaya produksi = Rp.
10.780.000 – Rp. 8.287.000 = Rp. 2.493.000H. Bagi Hasil
- Investor (pemodal) 50%xRp. 2.493.000 = Rp. 1.246.500
- Peternak (pengelola) 50%xRp. 2.493.000 = Rp. 1.246.500
Jadi investor (pemodal) mendapatkan bagi hasil Rp. 1.246.500 per periode panen (2 bulan). Dengan asumsi satu tahun bisa 6 kali panen maka bagi hasil yang diperoleh adalah 6xRp. 1.246.500 = Rp. 7.479.000 per tahun