Harga
cabai di Kota Malang, Jawa Timur, mulai merangkak naik dalam sepekan terakhir.
Harga komoditas berasa pedas tersebut menembus level Rp 50.000 per kilo gram
(kg). Minimnya pasokan menjadi penyebab utama melonjaknya harga cabai tersebut.
"Pasokan
cabai berkurang karena sudah habis masa panen. Apalagi sekarang petani belum
banyak yang menanam karena baru masuk musim hujan," kata Sriama, seorang
pedagang cabai di Pasar Besar Kota Malang, Selasa (11/11/2014).
Seminggu yang lalu, harga cabai mulai dari cabai rawit, cabai merah besar, cabai kriting, rawit hijau, masih di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kg.
Namun saat ini, harga cabai rawit tembus di angka Rp 52.000 per kg. Harga cabai merah besar menjadi Rp 55.000 per kg, cabai merah keriting Rp 52.000 dan cabai rawit hijau menjadi Rp 55.000.
"Cabai mulai susah didapat, kalau pun ada pengepul lebih memilih mengirimnya ke Surabaya dan Jakarta," tutur Sriama.
Pedagang pun hanya mendapat pasokan cabai sisa-sisa. Akibatnya, minat pembeli turut lesu. Jika saat normal Sriama bisa menjual 20 kg cabai per hari, kini bisa terjual sebanyak 10 kg cabai sudah bagus.
"Sepi pembeli, mungkin karena harganya naik jadi tidak banyak yang beli," keluh Sriama.
Hal senada dikatakan Sayuti, pedagang cabai lainnya di Pasar Besar. Menurutnya, pasokan cabai dari salah satu sentra cabai merosot drastis.
"Cabai lebih banyak dikirim ke Jakarta. Di Malang hanya dapat sisanya saja," tutur Sayuti.
Ia menambahkan, saat ini adalah masa panen terakhir di petani cabai. Sehingga cabai mulai susah didapat karena keterbatasan pasokan. "Pembeli juga ikut sepi, kalau pun ada yang beli itupun tidak banyak," tandas Sayuti.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan, harga bahan pokok yang mengalami kenaikan hanya terjadi pada komoditas sayuran.
"Untuk bahan pokok yang harganya naik hanya pada komoditas sayuran. Itu hasil pantauan kami di sejumlah pasar tradisional," papar Ida.
Musim kemarau panjang menyebabkan banyak sayuran gagal panen. Sehingga pasokan sayuran ke pasar tradisional juga menipis. Dampaknya, harga sayuran di pasaran mulai terkerek naik.
"Banyak petani gagal panen, pasokan jadi tersendat. Itu menyebabkan harga sayuran ikut melonjak naik," jelas Ida.(Zainul Arifin/Gdn)
Seminggu yang lalu, harga cabai mulai dari cabai rawit, cabai merah besar, cabai kriting, rawit hijau, masih di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kg.
Namun saat ini, harga cabai rawit tembus di angka Rp 52.000 per kg. Harga cabai merah besar menjadi Rp 55.000 per kg, cabai merah keriting Rp 52.000 dan cabai rawit hijau menjadi Rp 55.000.
"Cabai mulai susah didapat, kalau pun ada pengepul lebih memilih mengirimnya ke Surabaya dan Jakarta," tutur Sriama.
Pedagang pun hanya mendapat pasokan cabai sisa-sisa. Akibatnya, minat pembeli turut lesu. Jika saat normal Sriama bisa menjual 20 kg cabai per hari, kini bisa terjual sebanyak 10 kg cabai sudah bagus.
"Sepi pembeli, mungkin karena harganya naik jadi tidak banyak yang beli," keluh Sriama.
Hal senada dikatakan Sayuti, pedagang cabai lainnya di Pasar Besar. Menurutnya, pasokan cabai dari salah satu sentra cabai merosot drastis.
"Cabai lebih banyak dikirim ke Jakarta. Di Malang hanya dapat sisanya saja," tutur Sayuti.
Ia menambahkan, saat ini adalah masa panen terakhir di petani cabai. Sehingga cabai mulai susah didapat karena keterbatasan pasokan. "Pembeli juga ikut sepi, kalau pun ada yang beli itupun tidak banyak," tandas Sayuti.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan, harga bahan pokok yang mengalami kenaikan hanya terjadi pada komoditas sayuran.
"Untuk bahan pokok yang harganya naik hanya pada komoditas sayuran. Itu hasil pantauan kami di sejumlah pasar tradisional," papar Ida.
Musim kemarau panjang menyebabkan banyak sayuran gagal panen. Sehingga pasokan sayuran ke pasar tradisional juga menipis. Dampaknya, harga sayuran di pasaran mulai terkerek naik.
"Banyak petani gagal panen, pasokan jadi tersendat. Itu menyebabkan harga sayuran ikut melonjak naik," jelas Ida.(Zainul Arifin/Gdn)
Sumber : Liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar